Ibuhamil bisa mengenali kondisi ini melalui gerakan janin yang dirasa berkurang. Selain dengan mengamati pergerakan janin, kondisi ini juga bisa dideteksi melalui beberapa pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan detak jantung janin, USG hingga pemeriksaan air ketuban.
Halodoc, Jakarta – Menjelang hari kelahiran yang sudah semakin dekat, ibu pasti mempunyai rasa deg-degan sekaligus bahagia akan bertemu dengan sang buah hati sebentar lagi. Tapi ibu masih perlu memantau kondisi perkembangan bayi dengan melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan lebih sering di trimester ketiga ini. Ibu juga sebaiknya memerhatikan hal-hal berikut setiap kali melakukan pemeriksaan. Ibu akan lebih sering mengunjungi dokter untuk melakukan pemeriksaan di periode akhir kehamilan ini. Jika pada trimester awal, ibu hanya sebulan sekali ke dokter kandungan, pada trimester terakhir ini, ibu perlu ke dokter minimal dua minggu sekali tergantung anjuran dokter. Beberapa pemeriksaan dasar, seperti mengevaluasi pertambahan berat badan ibu, mengukur tekanan darah, tes urin dan memeriksa jantung serta paru-paru masih tetap akan dilakukan. Tapi ada beberapa pemeriksaan penting lainnya yang akan dilakukan di trimester ketiga Pemeriksaan Kondisi Janin Bayi yang akan dilahirkan sebentar lagi perlu pemeriksaan lebih dalam untuk memastikan kondisi kesehatan bayi dan untuk mengetahui jika terdapat masalah tertentu pada bayi. Berat Badan Janin Walaupun berat badan janin yang pasti tidak bisa diketahui, namun dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memperkirakan berat badan janin, seperti pengukuran fundus uteri, USG dan melalui perhitungan akumulasi bobot badan ibu. Memperkirakan berat badan janin ini sangat penting untuk menentukan metode persalinan. Jika melalui pemeriksaan didapati bahwa bobot bayi kurang, maka ibu disarankan untuk meningkatkan konsumsi makanan yang bergizi dan menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Tapi jika bobot bayi berlebih, maka ibu mungkin disarankan untuk melahirkan secara caesar. Posisi Janin Pemeriksaan penting lainnya yang akan dilakukan di trimester ketiga adalah pemeriksaan Manuver Leopold. Dokter dapat mengetahui posisi janin dalam rahim melalui pemeriksaan tersebut, sehingga dapat menyarankan metode persalinan yang sesuai. Ada 4 tahap pemeriksaan yang akan dilakukan dokter untuk mengidentifikasi posisi kepala janin, bokong, tulang belakang, serta anggota geraknya. Jika hasil Manuver Leopold belum cukup jelas, maka USG bisa dilakukan untuk membantu menentukan posisi bayi. Posisi bayi yang normal adalah kepalanya mengarah ke bagian bawah. Bayi dikatakan sungsang jika posisi kepalanya berada di atas, sedangkan bokong dan kakinya berada di bawah. Gerakan Janin Setelah memasukki bulan ketujuh, bayi dalam kandungan sudah bisa menunjukkan gerakan aktif seperti menendang-nendang perut. Kondisi sehat atau tidaknya janin juga dapat diketahui melalui pergerakannya. Dokter akan melakukan pemeriksaan melalui tes USG dan kardiotokografi untuk memantau gerakan janin beberapa minggu sebelum persalinan. Ibu juga disarankan melakukan perhitungan pergerakan bayi sendiri di rumah. Caranya adalah dengan meraba perut. Bayi biasanya bergerak minimal 10 kali dalam sehari dan semakin aktif di malam hari. Jika tidak ada pergerakan, mungkin ia sedang tidur. Ibu bisa membantu membangunkan bayi dengan memberinya rangsangan suara atau cahaya. Skrining Streptokokus Grup B Bayi yang baru lahir rentan terkena infeksi yang disebabkan oleh streptokokus grup B. Akibatnya, bayi bisa mengalami gangguan mental, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran. Jadi penting untuk melakukan skrining untuk mendeteksi adanya streptokokus grup B. Jika hasil skrinning positif, dokter akan memberikan antibiotik saat persalinan untuk melindungi bayi dari infeksi. Detak Jantung Bayi Memantau detak jantung bayi juga penting dilakukan untuk mengetahui apakah janin dalam kondisi normal atau adakah masalah tertentu pada bayi. Pemeriksaan Ibu Akan terjadi perubahan pada fisik ibu jelang persalinan. Melalui sejumlah pemeriksaan, dokter dapat mengetahui apakah tubuh ibu telah siap untuk melahirkan. Pemeriksaan Serviks Pemeriksaan yang akan dilakukan kepada ibu di trimester ketiga ini adalah pemeriksaan serviks atau leher rahim. Jelang persalinan, serviks akan mengalami perubahan karena meningkatnya kadar hormon estrogen. Hal itu menyebabkan jumlah lendir pada serviks meningkat. Dan jika sudah mendekati hari persalinan, serviks juga akan terbuka sekitar 1-2 sentimeter. Pemeriksaan Lebar Panggul Panggul memiliki peran penting dalam proses persalinan sebagai jalan keluarnya bayi. Jika ibu memiliki panggul yang sempit, maka metode melahirkan normal tidak mungkin dilakukan, karena bayi akan sulit keluar. Pemeriksaan lebar panggul ini akan dilakukan di minggi ke-36 kehamilan. Tes Darah Pemeriksaan darah pada ibu hamil bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai macam penyakit, seperti kolesterol, diabetes, hepatitis, asam urat, dan rubella. Melalui tes darah, dokter juga bisa mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak. Jika kehamilan ibu mengalami gangguan tertentu atau ibu hamil anak kembar, maka pemeriksaan berikut akan dianjurkan Tes Stress Contraction CST. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk ibu yang memiliki kehamilan berisiko tinggi. Dengan menggunakan alat monitor fetus, respon detak jantung bayi terhadap kontraksi yang dirangsang oleh oksitosin atau stimulasi pada putting payudara akan diukur. Dengan demikian, dokter dapat menilai apakah bayi dapat bertahan melalui tekanan pada saat persalinan. Tes Non-stress. Pemeriksaan ini ditujukan untuk ibu yang hamil anak kembar atau ibu hamil yang memiliki diabetes dan tekanan darah tinggi. Ibu hamil juga bisa membicarakan tentang kondisi kesehatannya kepada dokter, tanpa perlu keluar rumah, melalui aplikasi Halodoc. Hubungi dokter melalui Video/Voice Call dan chat untuk berdiskusi dan meminta saran kesehatan kapan saja. Ibu juga bisa membeli produk kesehatan dan vitamin yang dibutuhkan di Halodoc. Caranya sangat mudah, tinggal order dan pesanan akan diantar dalam satu jam. Jadi, tunggu apa lagi? Download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.
Jenispemeriksaan yang berbeda dari pemeriksaan trimester 1 yakni pemeriksaan gigi. Ya, jadi ibu hamil di usia trimester 2 rentan mengalami gangguan pada mulutnya, baik gusi ataupun giggi. Pemeriksaan TORCH tergolong sebagai pemeriksaan penunjang. TORCH ini merupakan gabungan 4 jenis infeksi yakni toxoplasma gondii, rubella, cytomegalovirus
Ketika sudah mengetahui bahwa diri sedang hamil, selanjutnya Bumil perlu segera melakukan pemeriksaan kehamilan. Tujuannya adalah untuk memeriksa kondisi kesehatan Bumil dan janin dalam kandungan. Lalu, apa saja yang akan diperiksa dalam pemeriksaan kehamilan ini? Tujuan utama dari pemeriksaan kehamilan, atau yang dikenal juga dengan istilah antenatal care, adalah untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat. Tak hanya untuk mengevaluasi kondisi Bumil, pemeriksaan kehamilan juga penting untuk memantau tumbuh kembang janin dan mendeteksi sedini mungkin kelainan atau gangguan kesehatan, baik pada janin maupun ibu hamil. Rangkaian Pemeriksaan Kehamilan yang Perlu Dijalani Ibu Hamil Saat melakukan pemeriksaan kehamilan, umumnya dokter akan memberikan konsultasi dan mengukur berat badan serta tanda-tanda vital Bumil, yang meliputi tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan suhu tubuh. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan kandungan, termasuk pemeriksaan Leopold. Setelah itu, dokter juga mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti 1. Tes darah Pemeriksaan darah lengkap merupakan salah satu jenis tes darah yang rutin dilakukan dokter ketika melakukan pemeriksaan kehamilan. Tujuannya adalah untuk mendeteksi kelainan yang mungkin dialami ibu hamil atau janin. Selain pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan yang juga dilakukan dalam tes darah adalah Tes golongan darah Tes golongan darah bertujuan untuk mengetahui golongan darah dan rhesus ibu hamil, guna mengantisipasi kemungkinan adanya perbedaan rhesus antara ibu dengan janinnya. Bila hasil tes darah menunjukkan bahwa Bumil memiliki rhesus negatif dan janin memiliki rhesus positif, maka ada risiko untuk terjadi inkompatibilitas rhesus. Pada kehamilan kedua, kondisi ini dapat menyebabkan anemia akibat pecahnya sel darah anemia hemolitik pada janin. Pemecahan sel darah merah yang berlebihan juga dapat menyebabkan bayi mengalami penyakit kuning jaundice. Tes hemoglobin Hb Hemoglobin atau Hb adalah protein di dalam sel darah merah yang bertugas untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari seluruh tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Ibu hamil perlu menjalani tes Hb untuk mendeteksi apakah kadarnya berada pada rentang normal atau justru rendah. Kadar Hb yang rendah atau anemia selama kehamilan paling sering disebabkan oleh kekurangan zat besi. Zat besi merupakan komponen utama pembentuk hemoglobin. Anemia selama kehamilan berisiko menyebabkan terjadinya kelahiran prematur, keguguran, berat badan lahir rendah, dan perdarahan postpartum. Oleh karena itu, ibu hamil yang mengalami anemia perlu mendapatkan penanganan untuk mencegah komplikasi yang telah disebutkan di atas. Tes gula darah Tes gula darah bertujuan untuk mendeteksi apakah ibu hamil mengalami diabetes kehamilan diabetes gestasional atau tidak. Ibu hamil lebih berisiko untuk menderita diabetes selama hamil bila mengalami obesitas, memiliki riwayat diabetes di keluarga atau pada kehamilan sebelumnya, berusia lebih dari 35 tahun saat hamil, atau menderita PCOS sebelumnya. Tes skrining penyakit infeksi Tes ini dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat penyakit infeksi pada ibu hamil. Beberapa penyakit yang perlu di skrining selama kehamilan adalah hepatitis B, sifilis, HIV, dan TORCH. Penyakit-penyakit tersebut perlu dideteksi sejak dini untuk mencegah komplikasi pada janin. Tes genetik Tes genetik diperlukan untuk mendeteksi kelainan genetik pada Bumil yang bisa menurun pada janin, misalnya thalasemia. Selain itu, tes genetik juga diperlukan untuk mengetahui sejak dini apakah janin yang dikandung mengalami kelainan genetik atau tidak. Beberapa kelainan genetik yang bisa dideteksi sejak kehamilan adalah sindrom Down, sindrom Klinifelter, dan hemofilia. Pemeriksaan genetik bisa dilakukan dengan mengambil sampel cairan ketuban amniocentesis atau sampel darah janin fetal blood sampling. 2. Tes urine antenatal Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel urine Bumil. Tes urin bertujuan untuk mendeteksi apakah ibu hamil mengalami gangguan tertentu, seperti preeklamsia, infeksi saluran kemih, atau diabetes. 3. Ultrasonografi USG Untuk memastikan Ibu hamil dan janin berada dalam kondisi yang sehat, perlu dilakukan pemeriksaan USG. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan minimal 3 kali selama masa kehamilan yang masing-masing bisa dilakukan pada Trimester pertama Pemeriksaan USG pada trimester pertama atau usia kandungan sekitar 10–14 minggu bertujuan untuk memastikan usia kehamilan dan melihat apakah sudah terbentuk kantong kehamilan. USG yang dilakukan pada terimester pertama juga berguna untuk memastikan tidak terjadinya kehamilan di luar rahim atau kehamilan ektopik. Trimester kedua Jika tidak ada masalah, umumnya pemeriksaan USG bisa dilakukan kembali saat usia kehamilan sudah berada di trimester kedua atau minggu 18–20. Pemeriksaan USG pada trimester ini dilakukan untuk mengetahui jumlah janin yang berkembang, termasuk ada tidaknya kehamilan kembar, posisi plasenta, jenis kelamin janin, dan perkembangan janin secara keseluruhan. Trimester ketiga Pemeriksaan USG trismester ketiga atau pada usia kehamilan 28–42 minggu dilakukan untuk memastikan posisi janin di dalam rahim, kondisi cairan ketuban, letak plasenta, seperti plasenta letak rendah atau plasenta previa, dan pertumbuhan serta taksiran berat badan janin. Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan secara teratur agar kesehatan Bumil dan janin dapat terus terpantau. Oleh karena itu, usahakan untuk tidak melewatkan jadwal pemeriksaan kehamilan, ya. Selain rutin menjalani pemeriksaan kehamilan, terapkan juga pola makan sehat, konsumsi vitamin prenatal sesuai anjuran dokter, minum air putih yang cukup, lakukan olahraga ringan secara rutin, dan istirahat yang cukup agar kehamilan Bumil tetap sehat sampai hari persalinan nanti.
2Pemeriksaan Penunjang Thalassemia pada Ibu Hamil. Ditinjau oleh: dr. Verury Verona Handayani : 18 Oktober 2020. Halodoc, Jakarta - Thalassemia adalah kelainan darah bawaan (genetik) yang terjadi ketika gen yang bermutasi memengaruhi kemampuan tubuh untuk membuat hemoglobin yang sehat, yakni protein kaya zat besi yang ditemukan dalam sel darah Ibu hamil USG Foto ThinkstockMemeriksakan kandungan ke bidan atau dokter sangat penting untuk kesehatan ibu maupun calon bayinya. Begitu pentingnya, Kementerian Kesehatan RI sampai mengeluarkan peraturan guna menekankan pemeriksaan kehamilan rutin bagi setiap calon ibu dan ibu hamil. Ya, sejak tahun 2014 tepatnya dalam Permenkes No. 25 tahun 2014 Pasal 6 ayat 1b, setiap ibu hamil dianjurkan untuk periksa kandungan secara berkala setidaknya 4 empat kali selama masa kehamilannya. Kapan saja tepatnya? Pada setiap trimester dan menjelang waktu persalinan, trimester pertama, Anda dianjurkan memeriksakan diri setidaknya 1x satu kali sebelum usia kandungan mencapai minggu ke-16. Pada trimester kedua, dianjurkan memeriksakan diri setidaknya 1x satu kali saat usia kandungan menginjak minggu ke 24 hingga 28. Pada trimester ketiga, dianjurkan memeriksakan diri setidaknya 2x dua kali yaitu antara minggu ke-30 dan 32 lalu minggu ke 36 dan Dokter Foto ThinkstockTetapi Badan Kesehatan Dunia WHO memiliki rekomendasi yang berbeda. Melalui satu siaran pers pada tahun 2016, WHO menganjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan setidaknya 8 kali, dimulai dari usia kehamilan 12 minggu. Berdasarkan anjuran WHO, pada trimester pertama setidaknya Anda memeriksakan diri 1x satu kali saat usia kandungan menginjak minggu ke-12, lalu 2x dua kali pada trimester kedua tepatnya pada minggu ke-20 dan minggu ke-26, lalu 5x lima kali pada trimester ketiga yaitu pada minggu ke-30, 34, 36, 38, dan 40. Yang terakhir, Anda dianjurkan memeriksakan diri 1x satu kali lagi pada minggu ke 41 apabila hingga waktu tersebut Anda belum melahirkan. Meski ada dua rekomendasi yang berbeda ini, tak perlu bingung Moms. Anda dapat mengikuti keduanya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Anda. Inti dari pemeriksaan rutin adalah agar bidan atau dokter dapat senantiasa memantau dan mengukur kondisi kehamilan Anda. Ini penting agar bidan atau dokter mampu membuat diagnosis, mencegah, maupun mengobati risiko komplikasi yang dapat sering dipantau dan diukur, semakin besar kemungkinan berbagai risiko dapat dikurangi.
beberapajenis pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga medis untuk memastikan kesiapan persalinan diantaranya seperti pemeriksaan posisi janin yang diperlukan untuk memastikan apakah janin sudah berada pada posisi yang benar untuk proses persalinan melalui jalan melahirkan normal, pemeriksaan mulut rahim atau uji serviks yang banyak dilakukan
Pengertian Skrining Kehamilan Skrining kehamilan merupakan prosedur pemeriksaan kesehatan yang dilakukan selama periode kehamilan, guna mengetahui apakah janin berisiko memiliki cacat atau kelainan lahir tertentu. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan pada trimester pertama dan kedua, tetapi beberapa jenis tes juga dilakukan di trimester ketiga. Pemeriksaan kesehatan atau skrining kehamilan hanya dapat memberi ibu informasi, terkait potensi apakah janin berisiko mengalami kondisi medis tertentu. Apabila salah satu tes yang dilakukan menunjukkan hasil positif, maka biasanya akan diperlukan tes lainnya untuk menguatkan diagnosis. Manfaat Skrining Kehamilan Adapun manfaat yang bisa ibu dapatkan dengan melakukan skrining kehamilan adalah Menentukan kemungkinan bayi mungkin atau tidak memiliki trisomi 21 sindrom Down atau trisomi 18. Siapa pun mungkin memiliki kehamilan dengan dua kondisi tersebut, terlepas dari riwayat keluarga. Peluang ini meningkat seiring bertambahnya usia tahu tentang kemungkinan kondisi genetik lainnya, seperti trisomi 13 dan perbedaan kromosom seks. Skrining kehamilan dilakukan dengan melibatkan tes darah. Berikut ini beberapa cek lab kehamilan dengan pengambilan darah beserta manfaatnya 1. Pemeriksaan darah menyeluruh Tes darah secara menyeluruh bermanfaat untuk mengetahui kadar sel darah pada tubuh ibu hamil. Melalui cek lab kehamilan ini, ibu akan mengetahui jumlah sel darah merah normal atau terlalu sedikit. Jika jumlah sel darah merah rendah, maka bisa menjadi gejala awal anemia. Tes darah menyeluruh juga bermanfaat untuk mengetahui jumlah darah putih dan platelet dalam tubuh. Apabila jumlahnya meningkat, kemungkinan ibu mengalami infeksi. Cek lab ibu hamil ini juga diperlukan untuk melihat kadar zat besi dan zat gizi lain pada tubuh ibu, apakah ada kecenderungan kekurangan gizi atau tidak. 2. Kadar gula darah Pemeriksaan kadar gula darah secara teratur juga perlu dijalani oleh ibu hamil. Tes ini penting untuk mencegah berkembangnya penyakit diabetes. Selama hamil, ibu hamil biasanya memiliki nafsu makan tinggi, termasuk makanan manis, sehingga dikhawatirkan rentan terserang berbagai penyakit. Apalagi makanan manis telah diketahui sebagai pemicu diabetes. 3. Tes golongan darah Tes darah ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah ibu. Pemeriksaan ini hanya dilakukan sekali. Salah satu manfaatnya yaitu memudahkan jika suatu saat ibu membutuhkan donor darah. Tes darah juga diperlukan untuk melihat antibodi ibu dan janin. 4. Tes human immunodeficiency virus HIV Perlu diwaspadai, jika ibu terinfeksi HIV, maka ada kemungkinan dapat menularkannya pada janin. Penularan dapat terjadi saat kehamilan, melahirkan, atau selama menyusui. Maka itu, penting untuk melakukan tes HIV sedini mungkin, untuk mencegah atau mengurangi risiko penularan virus dari ibu ke janin. 5. Pemeriksaan hepatitis B dan C Sama seperti HIV, virus hepatitis B dan C juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama masa kehamilan. Virus tersebut merupakan penyebab penyakit hati atau liver yang serius. Apabila bayi tertular virus, maka risiko infeksi bisa bersifat jangka panjang pada penyakit hati. Kapan Harus Melakukan Skrining Kehamilan? Tes skrining yang berbeda ditawarkan pada waktu yang berbeda selama kehamilan. Tes skrining untuk sel sabit dan talasemia harus dilakukan sedini mungkin, setidaknya sebelum 10 minggu kehamilan. Berikut ini tes skrining yang dilakukan sesuai dengan usia kandungan 1. Tes skrining kehamilan trimester pertama Beberapa tes skrining kehamilan yang perlu dijalani saat trimester pertama yaitu USG Tes ini dilakukan dengan ultrasonografi USG yang menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar bayi di dalam rahim. USG seringkali digunakan untuk mengetahui ukuran dan posisi bayi, memastikan usia kehamilan, dan menemukan potensi kelainan pada struktur tulang dan organ bayi yang sedang tumbuh. Pemeriksaan USG dilakukan antara minggu ke-11 dan ke-14 kehamilan. Tes skrining kehamilan ini juga dapat memeriksa akumulasi cairan di belakang leher bayi. Ketika terdapat cairan berlebih yang abnormal, kemungkinan risiko down syndrome lebih tinggi. Tes darah awal Selama trimester pertama, dokter akan merekomendasikan dua jenis tes darah yang disebut tes skrining terintegrasi berurutan dan skrining terintegrasi serum. Cek lab kehamilan itu digunakan untuk mengukur kadar zat tertentu dalam darah ibu hamil, yaitu protein plasma-A terkait kehamilan dan hormon yang disebut chorionic gonadotropin. Jika dari kedua cek lab ibu hamil tersebut menunjukkan hasil yang abnormal, maka menempatkan janin pada risiko tinggi kelainan kromosom. Pada kunjungan skrining kehamilan pertama, ted darah dilakukan untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapatkan imunisasi rubella. Selain itu juga untuk mengetahui adalah potensi gangguan sifilis, hepatitis B, HIV, dan anemia. Tes darah juga digunakan untuk memeriksa golongan darah dan faktor Rh, yang menentukan kompatibilitas Rh ibu dengan bayi yang sedang tubuh. Pengambilan chorionic villus sampling Cek lab ibu hamil ini merupakan tes skrining invasif yang dilakukan dengan mengambil sepotong kecil jaringan dari plasenta. Pemeriksaan ini dilakukan jika pada skrining non-invasif sebelumnya menunjukkan hasil abnormal. Pelaksanaannya dilakukan antara minggu ke-19 dan ke-12 kehamilan, dan digunakan untuk menguji kromosom, seperti sindrom down dan kondisi genetik, seperti fibrosis kistik. 2. Tes skrining trimester kedua Pada trimester kedua, tes USG dan tes darah dilakukan kembali dengan tujuan yang sama. Selain kedua tes tersebut, ibu hamil perlu menjalani skrining glukosa dan Amniosentesis. Skrining glukosa. Tes skrining glukosa dilakukan untuk memeriksa adanya diabetes gestasional, yaitu kondisi yang dapat berkembang selama kehamilan. Diabetes kehamilan ini biasanya bersifat sementara dan hilang setelah Tes ini biasanya dilakukan setelah minggu ke-15 kehamilan. Amniosentesis dilakukan dengan mengambil sampel cairan ketubah untuk dilakukan cek lab, untuk mengetahui potensi kelainan genetik seperti sindrom 3. Tes skrining trimester ketiga Pada trimester ketiga, ibu hamil perlu menjalani skrining streptococcus grup B GBS. GBS merupakan jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius pada ibu hamil dan bayi baru lahir. Bakteri tersebut sering ditemukan di area mulut, tenggorokan, saluran usus bagian bawah, dan vagina. Meskipun bakteri GBS tidak berbahaya bagi ibu, tapi bisa sangat berbahaya pada bayi baru lahir yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat. Prosedur Skrining Kehamilan Prosedur skrining kehamilan yang dilakukan meliputi 1. Trimester pertama Selama trimester pertama, penyedia layanan kesehatan akan menawarkan tes darah dan ultrasound untuk mengukur ukuran ruang kosong di jaringan di belakang leher bayi nuchal translucency. Pada sindrom Down dan kondisi tertentu lainnya, pengukuran translusensi nuchal lebih besar dari biasanya. 2. Trimester kedua Selama trimester kedua, penyedia layanan kesehatan akan menawarkan tes darah lain yang disebut layar quad. Tes ini mengukur kadar empat zat di dalam darah. Hasil pemeriksaan menunjukkan risiko ibu mengandung bayi yang memiliki kondisi kromosom tertentu, seperti sindrom Down. Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat membantu mendeteksi cacat tabung saraf, kelainan serius pada otak atau sumsum tulang belakang. 3. Skrining DNA bebas sel prenatal Tes darah ini memeriksa DNA janin dalam aliran darah ibu untuk menyaring kemungkinan peningkatan masalah kromosom tertentu, seperti sindrom Down. Skrining ini juga dapat memberikan informasi tentang jenis kelamin bayi dan golongan darah Rh. Tempat Melakukan Skrining Kehamilan Skrining kehamilan bisa ibu lakukan di klinik, rumah sakit umum, atau rumah sakit ibu dan anak yang memiliki fasilitas penunjang yang lengkap. Ibu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk mencari klinik atau rumah sakit terdekat untuk melakukan skrining kehamilan. Kini kamu bisa melakukan skrining infeksi kehamilan dari rumah dengan layanan Halodoc Home Lab tersedia di Jabodetabek dan Surabaya atau buat janji skrining kehamilan di rumah sakit pilihanmu di Halodoc. Klik gambar berikut untuk memeasannya Referensi NHS. Diakses pada 2022. Screening tests in pregnancy. Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Pregnancy week by week. Prenatal Screening Ontario. Diakses pada 2022. What is Prenatal Screening? The American College of Obstetricians and Gynecologists. Diakses pada 2022. Routine Tests During Pregnancy. American Pregnancy Association. Diakses pada 2022. Glucose Tolerance Test. NHS UK. Diakses pada Checks and Tests. Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2022. Common Tests During Pregnancy. Diperbaharui pada 6 Februari 2023.
Pemeriksaandilakukan secara berurutan dan terstruktur. Langkah-langkah pemeriksaan ini yaitu : Memperhatikan wajah ibu hamil, apakah wajah ibu hamil terlihat pucat ataupun mengalami pembengkakan. Selain itu memeriksa sclera mata. Memeriksa mulut hal yang diperiksa yaitu bibir dan juga gigi.
Halodoc, Jakarta – Eklampsia pada ibu hamil merupakan kondisi gawat darurat dan harus segera ditangani. Jika tidak, gangguan yang merupakan lanjutan dari preeklamsia ini bisa memicu dampak berbahaya bagi ibu maupun janin yang tengah dikandung. Gejala utama eklampsia adalah kejang-kejang yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah alias hipertensi. Kondisi ini sebenarnya jarang terjadi, namun ibu hamil tetap memiliki risiko mengalaminya terutama jika memiliki riwayat hipertensi atau preeklampsia selama masa kehamilan. Waspadai jika ibu hamil mengalami kejang-kejang hingga penurunan kesadaran atau tatapan mata yang kosong. Jika tidak segera ditangani, eklampsia pada ibu hamil bisa menyebabkan komplikasi yang bersifat bahaya, bahkan berujung pada kematian. Lantas, bagaimanakah cara mendiagnosis kondisi eklampsia pada ibu hamil? Baca juga Mitos atau Fakta, Preeklamsia dalam Kehamilan bisa Terulang Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Eklampsia pada Ibu Hamil Eklampsia maupun preeklamsia adalah kondisi yang sebaiknya dihindari wanita hamil. Cara terbaik untuk menghindari kedua kondisi ini adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan, sehingga risiko preeklamsia bisa terdeteksi pada masa-masa awal kehamilan. Dengan begitu, kemungkinan preeklampsia berkembang menjadi kejang atau eklampsia pun bisa diminimalisir. Sebelumnya perlu diketahui, preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi alias hipertensi dan tanda-tanda kerusakan organ lain. Kondisi ini sering menyebabkan gangguan pada organ seperti kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine. Kondisi ini rentan menyerang pada trimester ketiga atau masa-masa akhir kehamilan, dan bisa memicu kejang alias eklampsia saat semakin mendekati proses persalinan. Eklampsia yang tidak ditangani segera bisa memicu terjadinya komplikasi, baik bagi ibu hamil maupun janin yang dikandung. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu hamil dan bayi mengalami kerusakan saraf otak permanen, kerusakan organ ginjal dan hati, hingga yang paling parah bisa menyebabkan kematian akibat kejang yang terjadi. Saat ibu hamil mengalami kejang, dokter akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan untuk memastikan kondisi tersebut merupakan gejala eklampsia atau bukan. Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah Tes Darah Preeklampsia dan eklampsia sangat berkaitan dengan tekanan darah. Maka dari itu, pemeriksaan darah menjadi salah satu tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini. Pemeriksaan ini mencakup perhitungan sel darah lengkap yang bisa membantu menunjukkan wanita hamil mengalami preeklamsia atau gangguan lain. Penghitungan sel darah lengkap juga dapat digunakan untuk melihat kadar bilirubin dan serum haptoglobin dalam darah. Selain itu, akan diamati juga jumlah sel darah merah per volume darah. Sel darah merah bertugas mengangkut oksigen agar asupan oksigen bagi ibu hamil dan janin yang dikandung tetap terjaga serta terpenuhi. Baca juga Ibu Hamil Alami Kejang, Apa Sebabnya? Tes Kreatinin Kerusakan ginjal bisa menjadi salah satu tanda wanita hamil mengalami eklampsia. Untuk memastikan kerusakan terjadi karena gangguan ini, perlu dilakukan tes fungsi ginjal, salah satunya tes serum kreatinin. Zat ini merupakan hasil buangan dari otot yang dialirkan melalui darah serta dikeluarkan melalui ginjal. Namun, saat ginjal mengalami kerusakan karena eklampsia, proses ini jadi terganggu kemudian menyebabkan kadar kreatinin bertambah dan tak dapat disaring. Tes Urine Kemungkinan preeklampsia dan eklampsia juga bisa dilihat melalui tes urine. Pada pemeriksaan ini, akan dilihat ada atau tidak keberadaan protein dalam urine yang merupakan salah satu tanda penting terjadinya preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil. Baca juga 5 Cara Cegah Preeklampsia Usai Persalinan Masih penasaran tentang eklampsia dan cara mendiagnosisnya? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Dokter bisa dengan mudah dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play! Referensi Medicinet. Diakses pada 2019. Preeclampsia and eclampsia facts. Healthline. Diakses pada 2019. Eclampsia.
PEMERIKSAANPENUNJANG 1. HB 2. Tes darah 3. USG 4. Urine 5. Tes air amnion 6. CTG 3. LANJUT Beberapa pemeriksaan yang "wajib" dilakukan pada saat hamil antara lain pemeriksaan laboratorium pada trimester I dan trimester III. Jakarta Bagi pasangan suami istri yang hendak melakukan promil atau program hamil, salah satu yang tak kalah penting untuk diperiksa adalah kesuburan. Tes kesuburan untuk wanita sendiri ternyata tak cuma satu. Ada cukup banyak tes yang perlu dilakukan jika hendak mengetahui bagaimana kondisi organ reproduksi calon ibu hamil. Rangkaian Tes Kesuburan untuk Pria, Termasuk Bisa Tahu Kelincahan Sperma Terlebih, tes kesuburan dinilai penting lantaran dapat mendeteksi kemungkinan masalah yang berisiko mengganggu datangnya kehamilan. Selain itu, dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi, Shanty Olivia Jasirwan, mengungkapkan bahwa fungsi di balik pemeriksaan kesuburan berkaitan pula dengan terapi yang nantinya hendak dilakukan. "Dari hasil pemeriksaan inilah dokter dapat menentukan terapi dan penanganan kesuburan yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasangan," ujar Shanty di IVF Centre RS Pondok Indah seperti dikutip dari Antara, Jumat 9/6/2023. Sederet Tes Kesuburan untuk Wanita Sejauh ini, ada lima tes kesuburan yang bisa dilakukan oleh wanita. Seperti pemeriksaan darah, ultrasonografi USG, histerosalpingografi HSG, histeroskopi, dan laparoskopi. Menurut Shanty, tes kesuburan khususnya dalam hal pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui ovulasi pada wanita, selain melalui siklus menstruasi. Tes tersebut berupa tes hormon progesteron yang dapat dilakukan pada hari-hari tertentu dalam siklus menstruasi pasien. Selain itu, wanita turut dianjurkan untuk melakukan tes hormon. Tes hormon yang dimaksud dilakukan untuk melihat bagaimana kandungan dalam darah menjadi idaman bagi pasangan baru pada umumnya. Kesuburan pria jadi salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk mendukung program hamil istri. Berikut tips menjaga kesuburan pria.
Kemudianintensitas pemeriksaan akan berubah menjadi seminggu sekali ketika usia kehamilan Mama menginjak usia 36 minggu. Pada fase ini, kemungkinan Mama akan menjalani beberapa tes untuk mengetahui perkembangan serta kondisi janin di dalam perut. Pemeriksaan apa saja ya yang akan dijalani di trimester akhir ini? Editors' Picks
Halodoc, Jakarta - Selama kehamilan, plasenta ibu menempel pada dinding rahim dan terlepas setelah melahirkan. Plasenta akreta adalah komplikasi yang terjadi saat kehamilan. Ini merupakan kondisi yang serius yang dapat terjadi saat plasenta menempel terlalu dalam ke dinding rahim. Plasenta akreta menyebabkan sebagian atau seluruh plasenta tetap melekat kuat pada rahim saat melahirkan. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan. Kondisi plasenta akreta juga dianggap sebagai komplikasi kehamilan yang berpotensi mengancam jiwa. Bagaimana plasenta akreta dapat didiagnosis?Baca juga Dampak Plasenta Akreta Terhadap Ibu dan Bayi yang Perlu DiketahuiPentingnya Diagnosis Plasenta Akreta Sejak Dini Sering kali plasenta akreta ditemukan selama persalinan. Namun, kebanyakan ibu hamil didiagnosis memiliki kondisi ini selama kehamilan. Dokter biasanya akan melakukan persalinan sesar dini, kemudian mengangkat rahim ibu jika komplikasi terdeteksi sebelum melahirkan. Pengangkatan rahim ini disebut histerektomi. Plasenta akreta terkadang didiagnosis selama pemeriksaan ultrasonografi USG rutin. Namun, dokter biasanya juga akan melakukan beberapa tes untuk memastikan plasenta tidak tumbuh ke dinding rahim apabila ibu memiliki beberapa faktor risiko untuk plasenta akreta. Beberapa pemeriksaan umum untuk mengecek plasenta akreta meliputi tes pencitraan, seperti ultrasonografi atau magnetic resonance imaging MRI, dan tes darah untuk memeriksa alfa-fetoprotein tingkat tinggi. Diagnosis dini plasenta akreta sangat penting dilakukan karena dapat memungkinkan beberapa perawatan selama kehamilan. Tergantung pada jenis dan tingkat keparahan kondisinya, dokter mungkin perlu terlihat dalam perawatan ibu. Tindakan yang diambil cukup serius dan perlu ada upaya untuk mencegah pengangkatan rahim histerektomi atau kehilangan darah yang dapat mengancam jiwa. Baca juga Ketahui Penyebab dan Komplikasi Plasenta Akreta pada Ibu HamilPada kasus yang parah, histerektomi dan transfusi darah mungkin tidak dapat dihindari walaupun sudah dilakukan diagnosis dini. Namun, risiko untuk komplikasi lain dapat dicegah. Pemantauan kehamilan yang berkelanjutan akan diperlukan setelah diagnosis plasenta akreta untuk memastikan hasil terbaik untuk ibu dan anak. Penyebab dan Faktor Risiko Terjadinya Plasenta AkretaBelum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan plasenta akreta. Namun, ahli menduga kondisi ini berkaitan dengan kelainan yang ada dalam lapisan rahim dan tingginya alfa-fetoprotein, protein yang diproduksi oleh bayi yang dapat dideteksi dalam darah ibu. Ketidakteraturan kondisi ini dapat disebabkan oleh jaringan parut setelah operasi sesar atau operasi rahim. Bekas luka ini memungkinkan plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim. Ibu hamil yang sebagian atau seluruh plasenta menutupi serviksnya plasenta previa juga berisiko tinggi mengalami plasenta akreta. Namun, dalam beberapa kasus, plasenta akreta terjadi pada wanita tanpa riwayat operasi uterus atau plasenta previa. Melakukan tindakan persalinan sesar meningkatkan risiko plasenta akreta pada perempuan pada kehamilan berikutnya. Semakin sering operasi sesar yang dilakukan oleh seorang perempuan, maka semakin besar pula risikonya. Perempuan yang pernah melakukan sekali operasi sesar, memiliki kemungkinan 60 persen mengalami plasenta akreta. Baca juga Operasi Angkat Rahim untuk Pengobatan Plasenta AkretaSelain penyebab dan faktor di atas, beberapa faktor risiko lainnya juga meningkatkan seorang perempuan mengalami plasenta akreta, yaituPlasenta terletak di bagian bawah hamil di atas 35 kelainan rahim, seperti jaringan parut atau fibroid. Apabila plasenta akreta didiagnosis dan diobati dengan tepat, ibu hamil biasanya memiliki kesempatan untuk pulih sepenuhnya tanpa komplikasi yang berlangsung lama. Hanya saja, tidak ada cara untuk mencegah plasenta akreta. Hal yang perlu dilakukan hanyalah pemantauan kehamilan oleh dokter dengan cermat untuk mencegah terjadinya komplikasi jika ibu didiagnosis dengan kondisi ini. Itulah yang perlu ibu ketahui mengenai plasenta akreta. Jika ibu memiliki masalah terkait kehamilan saat ini, sebaiknya segera bicarakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc mengenai penanganan dan pencegahannya. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!ReferensiHealthline. Diakses pada 2020. Pregnancy Complications Placenta Clinic. Diakses pada 2020. Placenta Accreta Diagnosis and Tests. Pemeriksaanuntuk Mendiagnosis Eklampsia pada Ibu Hamil. Eklampsia maupun preeklamsia adalah kondisi yang sebaiknya dihindari wanita hamil. Cara terbaik untuk menghindari kedua kondisi ini adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan, sehingga risiko preeklamsia bisa terdeteksi pada masa-masa awal kehamilan. Halodoc, Jakarta – Kebanyakan ibu hamil tentunya berharap agar kehamilannya dapat berlangsung dengan sehat dan lancar. Namun, masalah dalam kehamilan terkadang bisa muncul tanpa diduga. Karena itu, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur kepada dokter kandungan, terutama pada trimester pertama. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi adanya berbagai gangguan pada kehamilan sedini mungkin, sehingga bisa ditangani segera agar tidak membahayakan kondisi janin. Berikut pemeriksaan kehamilan trimester 1 yang perlu ibu lakukan. 1. Pemeriksaan Riwayat Kesehatan Pada kunjungan pertama pemeriksaan kandungan, dokter atau bidan akan memeriksa riwayat kesehatan ibu hamil trimester pertama, sehingga dapat diketahui adanya hal-hal yang mungkin bisa berdampak pada kehamilan. Berikut beberapa pertanyaan yang biasanya akan diajukan oleh dokter dalam pemeriksaan riwayat kesehatan. Riwayat kesehatan keluarga, hal ini untuk mengetahui adanya risiko penyakit genetik. Adanya gen kembar dalam keluarga. Riwayat kesehatan ibu hamil, seperti penyakit apa saja yang pernah dan masih sampai saat ini dimiliki, obat-obatan apa saja yang pernah dan masih dikonsumsi, serta gaya hidup yang dijalani. Riwayat kehamilan sebelumnya. Bila ibu pernah hamil sebelumnya, apakah ada penyakit yang pernah dialami saat hamil dan bagaimana metode persalinan yang pernah ditempuh. Riwayat menstruasi kapan waktu terakhir menstruasi dan masa ovulasi. Hal ini bermanfaat untuk memprediksi usia kehamilan. 2. Pemeriksaan Fisik Selain itu, ibu hamil juga akan menjalani pemeriksaan fisik secara menyeluruh yang meliputi Berat badan. Dokter dapat mengetahui kondisi kesehatan ibu hamil dengan melakukan pemeriksaan berat badan. Pasalnya, pada kehamilan normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan walaupun usia kehamilan baru menginjak dua bulan. Sedangkan ibu hamil yang sakit atau mengalami morning sickness yang parah, biasanya akan sulit untuk meningkatkan berat badan. Tinggi Badan. Pemeriksaan ini memang tidak ada pengaruh langsung terhadap kondisi kesehatan ibu hamil. Namun, pengukuran tinggi badan ini berguna untuk mengetahui ukuran panggul ibu hamil guna menentukan metode persalinan. Abdomen, yaitu pemeriksaan pada bagian perut antara dada dengan pelvis. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat pembesaran rahim. Pemeriksaan tambahan. Bila diperlukan, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan pada organ tubuh ibu hamil lainnya, seperti jantung, ginjal, atau hati. 3. Tes Urine Selain untuk memastikan bahwa ibu sudah positif hamil, tes urine juga berguna untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit lain yang mungkin diidap oleh ibu hamil. Beberapa hal yang dapat diketahui dengan tes urine Kadar gula. Bila dalam urine ditemukan adanya kandungan gula yang cukup tinggi, hal ini berarti ibu mengidap diabetes gestasional. Kadar protein. Kadar protein yang tinggi dalam urine bisa menjadi pertanda ibu mengidap pre-eklampsia. 4. Tes Darah Ibu hamil memang tidak wajib melakukan tes darah. Namun, dokter biasanya menyarankan ibu hamil untuk melakukan tes darah untuk memastikan adanya penyakit tertentu. Tes darah meliputi Golongan darah Selain memeriksa golongan darah A, B, AB, atau O, ibu hamil juga akan diperiksa golongan darah rhesus-nya. Pemeriksaan rhesus ini penting karena apabila rhesus ibu berbeda dengan rhesus bayi, maka kondisi ini dapat menyebabkan bayi mengalami kelainan darah. Hemoglobin Pemeriksaan ini juga penting untuk mengetahui apakah ibu hamil mengidap anemia atau tidak. Normalnya, kadar haemoglobin adalah sekitar 10–16 gram per liter pada darah. Bila ibu hamil positif mengidap anemia, biasanya dokter akan menyarankan ibu untuk lebih banyak mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan folat. Pemeriksaan Hepatitis B dan C Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada infeksi virus pada liver ibu hamil. Hal ini penting karena bila ibu positif mengidap hepatitis, maka bayi harus segera diimunisasi setelah lahir. Pemeriksaan Rubella Ibu hamil trimester 1 berisiko terkena rubella saat usia kehamilan di bawah lima bulan. Sindrom rubella dapat menyebabkan bayi meninggal sebelum lahir, atau berisiko lahir dengan penyakit jantung bawaan, kerusakan organ hati, diabetes, dan gangguan otak. Jadi, untuk mencegah hal ini terjadi maka ibu perlu melakukan imunisasi sesegera mungkin. Ibu hamil membutuhkan pemeriksaan yang lengkap pada trimester 1, karena hal ini penting untuk pertumbuhan awal janin. Ibu hamil juga bisa melakukan pemeriksaan kesehatan lewat aplikasi Halodoc, lho. Caranya sangat praktis, kamu tinggal pilih Lab Service, yang terdapat pada aplikasi Halodoc, kemudian tentukan tanggal dan tempat pemeriksaan, lalu petugas lab akan datang menemuimu pada waktu yang sudah ditentukan. Ayo, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play. Baca juga Cara Mengobati Rubella pada Ibu Hamil Kapan Ibu Hamil Sebaiknya Melakukan USG? 4 Hal yang Penting Dilakukan saat Hamil Trimester Pertama 22 Konsep Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil 2.2.1 Definisi Pemeriksaan laboratorium sadalah suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang umum dan dikerjakan pada pemeriksaan penunjang untuk mendukung suatu diagnosa. (Baety N.2012). Pemeriksaan laboratorium selama kehamilan merupakan salah satu komponen penting dalam Selamat! Bunda dinyatakan positif hamil, pastinya hal yang membahagiakan bagi Bunda dan suami ya. Untuk memastikan bahwa kandungan Bunda sehat, maka perlu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin setiap bulan. Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang perlu Bunda lakukan selama kehamilan. Pemeriksaan kehamilan di trimester pertama Pemeriksaan kehamilan di trimester pertama sangat penting untuk mengetahui kondisi janin di dalam rahim. Juga memantau tumbuh kembang janin dengan baik. Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang harus Bunda jalani di trimester ini. 1. Cek darah Darah Bunda akan diambil untuk dilakukan pemeriksaan terhadap Imunitas terhadap penyakit Rubella dan cacar air Kemungkinan penyakit Hepatitis B, Sifilis, HIV Memantau tingkat hemoglobin dalam darah Jenis golongan darah dan rhesusnya Kemungkinan terpapar penyakit toxoplasmosis atau tidak 2. Tes urin Tes urin dilakukan untuk mengetahui apakah Bunda mengalami infeksi di saluran kemih dan juga ginjal. Memeriksa tingkat hormon hCG, dan tingkat glukosa di dalam urin Bunda. Selain dua jenis tes di atas, Bunda juga akan menjalani pemeriksaan USG untuk mengonfirmasi kehamilan dan menghitung hari perkiraan lahir HPL. Pemeriksaan kehamilan di trimester kedua Pemeriksaan kehamilan di trimester ini ini meliputi cek darah, untuk mengetahu adanya kelainan di tabung saraf tulang belakang, kemungkinan down syndrome diabetes gestasionaldan menghitung kadar gula darah untuk mengetahui apakah terjadi atau tidak. Sedangkan pada tes urin, dokter akan memeriksan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih dan preeklampsia. Pemeriksaan USG juga dilakukan untuk melihat tumbuh kembang janin normal atau tidak berdasarkan usia kehamilan, menghitung panjang mulut rahim, dan gerakan janin. Pemeriksaan kehamilan di trimester ketiga Pemeriksaan USG dilakukan untuk memantau jumlah cairan ketuban, tumbuh kembang janin dengan mengukur tulang paha, ukuran kepala dan perut si kecil. USG juga dilakukan untuk mengecek posisi bayi apakah sungsang atau tidak. Jika Bunda sudah lewat HPL, maka USG dilakukan untuk memeriksa detak jantung bayi dan kondisi kesehatan bayi di dalam rahim. Juga lokasi plasenta dan kondisi serviks, apakah sudah siap untuk melakukan persalinan atau placenta and cervix. Tes urin dan tes darah juga akan kembali dilakukan pada trimester ini, untuk mengecek beberapa kondisi yang sudah disebutkan di atas. Karena kondisi-kondisi tersebut harus selalu dipantau sepanjang masa kehamilan. Semua jenis pemeriksaan di atas dilakukan untuk memastikan kondisi ibu dan bayi sehat selama masa kehamilan. Variasi jenis tes bisa berbeda antara ibu hamil yang satu dengan lainnya, terutama jika ada komplikasi kehamilan. Konsumsi makanan sehat dan istirahat cukup bisa membantu menjaga kesehatan ibu dan bayi selama hamil. Semoga bermanfaat. Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android. .
  • szv9jqq6r8.pages.dev/31
  • szv9jqq6r8.pages.dev/201
  • szv9jqq6r8.pages.dev/433
  • szv9jqq6r8.pages.dev/458
  • szv9jqq6r8.pages.dev/505
  • szv9jqq6r8.pages.dev/265
  • szv9jqq6r8.pages.dev/347
  • szv9jqq6r8.pages.dev/735
  • szv9jqq6r8.pages.dev/6
  • szv9jqq6r8.pages.dev/192
  • szv9jqq6r8.pages.dev/540
  • szv9jqq6r8.pages.dev/957
  • szv9jqq6r8.pages.dev/209
  • szv9jqq6r8.pages.dev/556
  • szv9jqq6r8.pages.dev/334
  • pemeriksaan penunjang pada ibu hamil